Media Tradisional
Media tradisional adalah suatu bentuk media lokal dalam suatu komunitas budaya. Keberadaan media ini sudah lama dimanfaatkan oleh komunitas budaya tersebut untuk menjalin interaksi dan komunikasi di antara anggota komunitas itu sebelum kehadiran media massa modern.
Media tradisional yang juga dikenal sebagai media rakyat disebut sebagai kesenian rakyat dalam pengertian yang lebih sempit. Dalam hubungan ini, Coseteng dan Nemenzo (dalam Jahi, 1988) mendefinisikan media tradisional sebagai bentuk-bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima oleh mereka, dan diperdengarkan atau dipertunjukkan oleh dan/atau untuk mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar, dan mendidik.
Gambar kesenian madihin |
Media tradisional sendiri mempunyai nilai yang tinggi dalam sitem komunikasi karena memiliki posisi khusus dalam sistem suatu budaya. Kespesifikan tanda-tanda informasi yang dilontarkan dalam pertunjukkan-pertunjukkan tradisional itu maupun konteks kejadian, mengakibatkan orang-orang berasal dari sistem budaya lain sulit menyadari, memahami, dan menghayati ekspresi kesenian yang bersifat verbal, material, maupun musik yang ditampilkan (Compton, 1984).
Media tradisional memiliki kekuatan yang tidak terdapat pada media massa modern. Keistimewaan media ini diantaranya adalah karena model penyajian, substansi pesan, bahasa dan gaya bahasanya serta olah seninya sesuai dengan sistem komunikasi dan karakteristik budaya masyarakat lokal. Di samping itu media tersebut memiliki daya tarik yang tinggi karena telah tumbuh dan berakar kuat di tengah masyarakatnya.
Pada masa silam, media tradisional pernah menjadi perangkat komunikasi sosial yang penting. Kini penampilannya dalam masyarakat telah surut. Di Filipina, Coseteng dan Nemenzo (dalam Jahi, 1988) melaporkan bahwa surutnya penampilan media ini antara lain karena :
- Diperkenalkannya media massa dan media hiburan modern seperti media cetak, bioskop, radio, dan televisi.
- Penggunaan bahasa Inggris di sekolah-sekolah, yang mengakibatkan berkurangnya penggunaan dan penguasaan bahasa pribumi, khususnya Tagalog.
- Semakin berkurangnya jumlah orang-orang dari generasi terdahulu yang menaruh minat pada pengembangan media tradisional ini, dan
- Berubahnya selera generasi muda.
Wayang termasuk media tradisional |
Berkurangnya minat masyarakat pada media tradisional ini ada hubungannya dengan pola pembangunan yang dianut oleh negara dunia ketiga pada waktu itu. Ideologi modernisasi yang populer saat itu, mendorong negara-negara tersebut untuk mengikuti juga pola komunikasi yang dianjurkan. Dalam periode itu kita menyaksikan bahwa tradisi lisan mulai digantikan oleh media yang berdasarkan teknologi. Sebagai akibatnya, komunikasi menjadi linear dan satu arah.
Comments
Post a Comment